DENGARKAN HATI NURANIMU
Sebelum
suatu keputusan yang harus kita ambil, kita mendengarkan suara yang
menunjukkan dan mengarahkan kita kepada pilihan yang tepat. Sejak awal
kita bangun di pagi hari, kemanapun kita pergi dan apapun yang kita
kerjakan, suara tersebut selalu menemani kita.
Tak
ada seorang pun yang dapat mendengarkannya akan tetapi suara tersebut
berbicara kepada kita tentang keadilan, nilai moral, kerendahan hati,
kejujuran,ketulusan, secara singkat apapun yang memang baik.
Suara-suara
tersebut yang menunjukkan kita dan memerintahkan kita untuk melakukan
apa yang baik dan benar adalah suara hati nurani. Dalam salah satu ayat
Qur'an, Allah SWT berfirman “dua jalur” (Qur'an, 90:10). Dengan kata
lain, sebagai tambahan suatu suara yang memanggil kebaikan, satunya lagi
memanggil kejahatan. Mengetahui keduanya, ada orang yang mengikuti
jalan Tuhan, hati nurani mereka, atau mengikuti kejahatan, setan.
Allah
SWT juga mengungkapkan dalam Al-Qur'an bahwa ia menampakkan kejahatan
dan cara melindungi diri dari kejahatan tersebut: Demi jiwa dan
penyempurnaan ciptaannnya , maka ia mengilhamkan kepadanya (jalan)
kejahatan dan ketakwaan. (Qur’an, 91:7-8).
Kata
“ kejahatan” artinya “ dosa dan ketidakpatuhan, tidak
beriman,pengabaian dari kebenaran, rutuhnya moral dan lawan dari
kesalehan (Qur'an : 91:7-8). Dalam kata lain, konsep kejahatan termasuk
semua atribut negatif keinginan syahwat yang rendah. Intinya , itu
merupakan lawan dari hati nurani.
serta
apa yang diatur olehnya dan menginspirasiinya dengan.....atau rasa
kasihan (Qur'an 91:7-8) kata “perbuatan jahat” artinya adalah 'dosa dan
pembangkangan, tidak beriman, sebagai lawan dari patuh:. Dalam kata
lain, konsep dari depravity termasuk di dalamnya segala bentuk atribut
dari manusia yang hina, artinya, segala sesuatu yang berkebalikan dari
hati nurani.
Suara
hati nurani ini adalah inspirasi dari Allah SWT kepada semua orang,
satu bentuk wahyu, dalam kata lain: Dalam hal dimaksud, pada setiap
makhluk hidup, menerima wahyu, meskipun bukan dalam bentuk secara
langsung.Kebalikannya bahwa wahyu yang ditujukan kepada Nabi, secara
alami berada di dalam di hati, diinspirasikan ke dalam hatinya. Allah
berfirmandi dalam Al-Qur'an, bahwa Ia mengirimkan wahyu kepada makhluk
hidup: Tuhanmu memberi wahyu kepada lebah: Buatlah sarang di pegunungan
dan di pepohonan dan juga di bangunan yang dibuat oleh manusia (Qur'an ,
16 ; 68).
Melalui
wahyu, Allah SWT menginspirasi lebah bagaimana membangun sarang dan
bagaimana mencari makanan. Ia menunjukkan kepada semut bagaimanan mereka
membuat koloni, bagaimana merawat anak-anak semut dan bagaimana
membangun kota semut yang menakjubkan. Saat ia tunjukkan dalam ayatnya,
semua makhluk hidup bergerak dan bagaimana apa yang harus dikerjakan
berdasarkan petunjuk Allah.
Satu
ayat terdapat di dalam Al Qur'an atas perihal yang berkaitan dengan Ibu
dari Nabi Musa (AS); kami tunjukan kepada Ibunda Musa, “ Susuilah ia
dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka hanyutkanlah ia ke sungai
(Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati,
sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya
salah seorang rasul. (Qur'an, 28:7).
Seperti
terulis dalam ayat tersebut, Allah memberi petunjuk kepada hati Ibunda
Nabi Musa (SA),dengan cara melindunginya. Untuk membuatnya merasa
tenang, Ia juga menunjukan bagaimana anaknya nanti akan dikembalikan
lagi kepadanya. Dalam ayat lainnya, Allah menggambarkan bagaimana Ia
memberikan wahyu kepada murid Nabi Isa (as) untuk menggantikan Nabi Isa
(as) “ dan ketika Aku memberi petunjuk kepadanya para murid Isa (as)
untuk memiliki keyakinan/iman kepada dan kenabian Isa (as), mereka
berkata “ Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa kami
adalah orang-orang yang berserah diri (muslim) “(Qur'an 5 :111).
Berkah yang membedakan antara yang benar dan yang salah.
Inspirasi
dari Allah adalah berkah yang mengarahkan orang-orang beriman untuk
kebaikan dan memungkinkan mereka untuk membedakan antara kebenaran dan
kejahatan.
Karena
Hati Nurani diinspirasikan oleh Allah, itu lumrah bagi semua orang dan
dengan hati nurani, Allah memperlihatkan kepada semua orang perilaku
yang paling baik dan paling mulia yang membuat Allah berkenan. Akan
tetapi manusia lemah dan termakan oleh keinginan rendah mereka dan
akhirnya mengikuti jalan setan. Tipe manusia ini memiliki karakterisitik
yang mengejutkan secara umum. Seperti mereka tidak menyukai sesuatu
yang halal.
Mereka
lebih suka menggunakan penghasilan yang tidak halal dan melanggar
hukum, memperoleh makanan dan minuman melalui mencuri daripada mencari
yang halal atau berani melanggar aturan atau hukum daripada merasa ridha
diatur oleh aturan.Bertindak melanggar hukum menjadi jalan pintas
mencapai tujuan bagi orang-orang yang memilih untuk tidak mendengarkan
suara hati nurani mereka.Tetapi Allah menyukai orang-orang yang hidup
sesuai aturan Illahi, yang memperhatikan dan menggunakan hati nurani
mereka.
Orang
-orang yang hidup dari melawan hukum, berlawanan dengan hati nurani
mereka, akan membawa banyak tanda yang menunjukkan perilaku yang tidak
baik dan tidak jujur, dan perilaku buruk mereka terpancar di wajah
mereka yang kusam. Orang-orang dengan pikiran dan tampilan terselubung
mereka, perilaku mereka tidak seimbang dan mereka tak akan pernah
merasakan kebahagiaan.
Apabila seseorang itu jujur dan tetap tulus mengikuti hati nuraninya, maka ia pun akan juga menjadi orang yang seimbang.
Seseorang
yang berperilaku sejalan dengan hati nuraninya akan mengetahui
bagaimana menghindari setan dan selalu berperilaku benar. Akan tetapi,
perintah dari hati nurani seseorang mungkin akan beberapa kali mengalami
konflik dengan kecenderungan dasarnya, seorang yang memiliki iman yang
kuat akan mengubah konflik dengan mempertimbangkan mengikuti hati
nuraninya. Mereka yang mengikuti nafsu rendahnya, akan tetapi muncul
dengan segala macam alasan untuk menghindari mengikuti hati nurani
mereka, meskipun mereka tahu bahwa itu merupakan hal terbaik dan paling
sesuai.
Sebagai
contoh, seseorang yang tidak menggunakan hati nuraninya mungkin tidak
akan mencari pertolongan untuk korban kecelakaan, hanya karena merasa
takut, harus bertanggung jawab atas kecelakaan yang mungkin malah
membuatnya ditangkap oleh polisi.
Akan
tetapi orang yang dengan hati nurani yang kuat akan menghadapi segala
macam risiko membantu orang tersebut dan memberikan pertolongan, dan tak
akan pernah menemukan alasan untuk tidak melakukan hal tersebut.
Seseorang yang mengetahui di dalam hati nuraninya, bahwa apabila ia
gagal menolong orang tersebut di saat ia memiliki peluang untuk
melakukannya, maka ia akan bertanggungjawab atas kematian korban
kecelakaan tersebut.
Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri, dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. (Qur’an, 75: 14-15).
Dari
awal merupakan hati nurani, semua orang bertanggungjawab memanfaatkan
sebaik mungkin berkah dari Allah yang diberikan kepada hati nuraninya.
Seseorang yang ingin memulai pemahaman atas apa yang terjadi dalam
hidupnya, dan memiliki kekuatan untuk menghakimi, juga memiliki
kemampuan untuk membedakan antara keinginan syahwat dan hati nurani, dan
ia akan memperhatikan hati nurani tersebut.
Marilah
kita tidak melupakan bahwasannya kita semua bertanggung jawab atas
semua keputusan kita, tindakan, dan kata-kata kita, yang nanti akan
dipertanyakan pada hari pembalasan, dimana orang-orang tersebut
yang percaya/setia dengan hati nuraniya, petunjuk yang diberikan kepada
hatinya, akan dihadiahkan surga yang abadi.
<< Home